Akibat kondisi ini tanggung jawab NATO untuk memastikan transformasi keamanan berlangsung lancar, ternyata harus dibarengi dengan tanggung jawab lainnya yakni mengajarkan pasukan Afghanistan untuk membaca dan menulis. Hal itu dipicu oleh fakta yang menunjukkan bahwa lebih 95 persen tentara nasional Afghanistan dan polisi yang direkrut secara fungsional ternyata tidak pernah bersekolah. Sehingga hal itu menyebabkan mereka menderita buta huruf dan tidak bisa menghitung. Untuk alasan inilah sebelum mengakhiri tugasnya di Afghanistan dan melakukan transformasi keamanan pihak NATO merasa perlu mendorong agar para petugas keamanan ini memiliki keterampilan membaca dan menulis. "Bagi sebagian besar warga Afghanistan, perang yang terjadi selama 30 tahun telah membuat mereka kesulitan dalam mengakses informasi pendidikan. Mereka tahu banyak hal, namun tidak tahu bagaimana caranya membaca atau menulis," ujar Kepala Divisi Bahasa NATO di Afghanistan Barbara Goodno, seperti dikutip Reuters, Jumat, (22/6/2012). "Saat ini tengah kami upayakan adalah mendorong proses tersebut," tegas Goodno. Diketahui terdapat sekira 119 ribu tentara dan polisi yang tengah mengikutip tiga program yang mengajarkan mereka membaca, menulis dan menghitung. Program pendidikan ini sama persis dengan yang dijalankan oleh siswa sekolah dasar kelas tiga di Afghanistan. Dimana mereka juga akan diajarkan menulis nama mereka sendiri dan menghitung sampai 1.000.
Dalam sebuah laporan NATO pada 2009 lalu disebutkan, hanya terdapat sekira 13 persen tentara profesional Afghanistan yang melek huruf. Sementara itu jumlah polisi yang melek huruf di negara itu dinilai masih jauh lebih baik.Tingginya jumlah pasukan keamanan Afghanistan yang buta huruf dinilai mengkhawatirkan penjagaan keamanan di negara itu. Ketidakmampuan mereka membaca menyulitkan mereka dalam merawat kendaraan militer, mengisi formulir terkait dengan masalah peralatan ataupun membaca nomor seri senjata. Pada umumnya ini adalah tugas dasar seluruh tentara di dunia.
Tingginya jumlah pasukan keamanan Afghanistan yang buta huruf dinilai mengkhawatirkan penjagaan keamanan di negara itu. Ketidakmampuan mereka membaca menyulitkan mereka dalam merawat kendaraan militer, mengisi formulir terkait dengan masalah peralatan ataupun membaca nomor seri senjata. Pada umumnya ini adalah tugas dasar seluruh tentara di dunia.
"Juga sama halnya jika seorang polisi yang bertanggung jawab dalam menegakkan hukum, namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk membaca dan membuat laporan. Ini juga terkait urusan hidup atau mati," tambah Goodno.(rhs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar